Rabu, 15 Maret 2017

SURAT LAMARAN MENGAJAR


Lampiran         : Satu berkas
Perihal             : Permohonan Sebagai Tenaga Pengajar Honorer

Yth. Bpk. Kepala
MTs. PB. Roudlotul Mubtadiin
Balekambang, Nalumsari Jepara

Dengan hormat,
            Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama                           : Moh `Ishomuddin, S. Pd. I
Tempat, tanggal lahir : Kudus, 10 Oktober 1981
Alamat                        : Getassrabi,  RT : 01 RW : 04, Gebog, Kudus
Pendidikan                  : S1 Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) di UNISNU Jepara.
No Hp                         : 08562661998
            Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak / Ibu, agar diterima sebagai staf pengajar di MTs. Pb. Roudlatul Mubtadiin.
Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan:
1.      Pas foto 3x4 cm 1 Lembar
2.      Fotokopi KTP 1 Lembar .
3.      Fotokopi Ijazah Terakhir
4.      Fotokopi Transkip Nilai
5.      Daftar Riwayat Hidup 1 Lembar
6.      Fotokopi sanad Qur`an masyhuroh
7.      Fotokopi sanad Qiroah Sab`ah
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan. Besar harapan saya untuk diterima mengajar disekolah yang Bapak / Ibu pimpin . Atas perhatian Bapak / Ibu saya mengucapkan terima kasih.


Kudus, 20 Desember 2016

                                                                                                Hormat saya,

                                                                                                            Moh `Ishomuddin, S. Pd. I




DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.          DATA PRIBADI
Nama                                  : Moh `Ishomuddin
Tempat/tanggal lahir           : Kudus, 10 Oktober 1981
Jenis kelamin                      : Laki-laki
Setatus                                : Menikah
Agama                                : Islam
Kewarganaan                     : Indonesia
Alamat                                : Getassrabi Rt 01 Rw 04 Gebog Kudus
No Hp                                : 08562661998
II.          RIWAYAT PENDIDIKAN :
A.  FORMAL
1.    SD N Getassrabi VI Lulus Tahun 1994
2.    PONPES  Raudlatul Mubtadiin  Balekambang Nalumsari Jepara Lulus Tahun 2000
3.    UNISNU  Jepara (S1 PAI) Lulus tahun 2015
B.  NON FORMAL
1.    Tahfidz Al-Qur`an kepada KH Sya`roni Kudus
2.    Tahfidz Qiroah Sab`ah kepada KH. Manshur Naskan Kudus dan KH. Mustamir Kudus
III.          PENGALAMAN MENGAJAR
a.    Mengajar di RTQ Al-Muyassar 2 Prambatan Kudus
b.    Mengajar di MADIN Al-Ihsan Prambatan Kudus
c.    Mengajar di MTs dan MA Modern Dalaailul Khoirot Kudus
d.   Mengajar di SDIT Al-Islamiyah Kudus

Demikian daftar riwayat hidup ini kami buat dengan sebenar-benarnya, untuk dijadikan bahan pertimbangan Bapak/Ibu, dan atas perhatian bapak kami sampaikan banyak terima kasih.

Kudus, 20 Desember 2016
Hormat saya


Moh `Ishomuddin, S. Pd. I




SURAT KETERANGAN RISET

PONDOK PESANTREN
TARBIYATUL BANAT
            Jl. Raya sudimoro - Kalilopo No. 1 Kudus 59354 Telp. (0291) 4251820/08562661998 
Email : pptb@yahoo.co.id
 



                                                                                                                                                     

SURAT KETERANGAN
Nomor  :        /PP.007/PP.TB/III/2016

Berdasarkan surat dari Universitas Islam Nahdlotul ‘Ulama (UNISNU) Jepara, nomor : FTIK/D/TL/178/03/2016, tanggal 5 Maret 2016 tentang permohonan ijin riset dengan identitas sebagai berikut:
Nama                 : ZAINAL ARIFIN
NIM                   : 131310001578
Fakultas             : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Program Studi   : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat               : Rt.03 Rw.03 Padurenan Gebog Kudus

Sehubungan dengan hal tersebut diberikan ijin untuk melengkapi riset/penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI SANTRI PUTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL BANAT KUDUS TAHUN 2015/2016”
Demikian untuk menjadi periksa dan guna seperlunya
Kudus, 9 Maret 2016
PONDOK PESANTRENPengasuh,
TARBIYATUL BANAT
 


KALILOPO-KUDUSK . Ma`shum, 

SURAT KETERANGAN MENGAJAR


PONDOK MODERN
             مؤسسة دلائل الخيرات الاسلا مية العصرية قدس
MTs MODERN DALAAILUL KHOIROT KUDUS
            Jl. Raya Usmaniyah Kesambi - Temulus No. 1 Kudus 59381 Telp. (0291) 4251820  
Email : mtsmdkk@yahoo.co.id
 



                                                                                                                  


SURAT KETERANGAN
Nomor  :        /PP.00.5/MTs.MDKK/VI/2012

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Yang bertanda tangan di bawah ini  :
Nama                           : Drs.KH.Ali Usman HS, M.Ag
Jabatan                         : Kepala MTs Modern Dalaailul Khoirot Kudus
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
Nama                           : MOH. ISHOMUDDIN
Alamat                                    : Karang Mojo Getassrabi 01/IV  Gebog Kudus
Pendidikan                  : Kuliah Tarbiyah INISNU JEPARA Tahun 2009 s/d sekarang

Program Studi             : Pendidikan Agama Islam
Benar-benar telah terdaftar sebagai guru yang mengajar di MTs Modern Dalaailul Khoirot Kudus sejak tahun 2009 samapai sekarang.

Demikianlah untuk menjadikan maklum dan digunakan seperlunya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kudus, 30 Juni 2012
Kepala,

                                                                                                Drs.KH.Ali Usman HS, M.Ag
                                                                                                NIP. -


SK MENGAJAR


TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ)
“AR-RIDLO”
Alamat : Dk. Karang Mojo Ds.Getassrabi Kec.Gebog Kab. Kudus 59354 Telp. 08562661998          

SURAT KETERANGAN
      Nomor : 25/TPQ/AR/II/2012

Assalamu’alaikum Wr.Wb

 
Yang bertanda tangan di bawah ini  :
Nama                           : TASWI
Jabatan                         : Kepala Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Ar-Ridlo
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
Nama                           : MOH. ISHOMUDDIN
Alamat                                    : Karang Mojo Getassrabi 01/IV  Gebog Kudus
Pendidikan                  : S1 Tarbiyah INISNU JEPARA
Program Studi             : Pendidikan Agama Islam
Benar-benar telah terdaftar sebagai ustadz atau guru yang mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Ar-Ridlo sejak tahun 2000 samapai sekarang.
Demikianlah untuk menjadikan maklum dan digunakan seperlunya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

                                                                                             Kudus, 14 Agustus 2010
KEPALA


                                                                                                             (          TASWI   )

MAKALAH SPI WALI SONGO


WALI SONGO
A.  PENDAHULUAN
Islam tersebar keseluruh penjuru dunia dengan cepat. Dalam waktu ± 23 tahun, islam sudah tersebar ke seluruh jazirah arabia berkat dakwah nabi Muhammad SAW. Cepatnya penyebaran islam itu tidak berarti bahwa dakwah yang dilakukkan nabi berjalan mulus begitu saja. Banyak halangan dan rintangan berat yang dihadapi beliau dari kaum kafir Quraisy.
Semenjak Rasulullah meninggal, banyak sahabat beliau yang melanjutkan dakwah dan menyebarkan agama islamke seluruh penjuru dunia.
Begitupun di Indonesia, agama Islam masuk melalui perdagangan oleh pedagang asal India. Sejak saat itulah bermunculan para ulama besaryang menyebarkan Islam ke seluruh nusantara. Salah satunya adalah Wali songo.
Para ulama, juru dakwah, atau mubaligh yang pantas dijadikan contoh amar ma’ruf-nahi munkar di tanah Jawa adalah Wali Songo. Mereka adalah orang yang berhasil menyebarluaskan Islam baik di lingkungan pesantren, penguasa kerajaan, maupun orang biasa.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana peran Wali Songo dalam peradaban Islam di Indonesia perlu diadakan pembahasan mengenai hal itu.
B.  RUMUSAN MASALAH
Tujuan Penulis Secara garis besar pembuatan makalah kami ini akan mencoba membahas tentang:
1.    Bagaimana peranan Wali Songo dalam peradaban Islam di Indonesia?
2.    Bagaimana dakwah wali songo dalam menyiarkan islam
3.    Bagaimana Model Penyebaran Islam Wali Songo?
C.  PEMBAHASAN
1.    Peranan Wali Songo dalam peradaban Islam di Indonesia
Ada sembilan ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Mereka dikenal dengan sebutan “Wali Songo”
Wali Songo mengambangkan agama Islam menjelang dan setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, atau sekitar abad ke-14 sampai abad ke-16. Dalam Babad Tanah Jawi dikatakan bahwa dalam berdakwah, para Wali ini dianggap sebagai kepala kelompok mubaligh untuk daerah penyiaran tertentu.
Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga berpengaruh besar dalam kehidupan politik pemerintahan. Karena itu, mereka diberi gelar “Sunan” (Susuhunan; junjungan) gelar yang biasa digunakan untuk para raja di Jawa.
2.    Dakwah wali songo dalam menyiarkan islam
Wali Songo dan Dakwah Islam Dalam menyiarkan Islam, Wali Songo tidak hanya akrab dengan masyarakat umum, tetapi juga dengan penguasa kerajaan. Ketika menyiarkan Islam, mereka menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat. Mereka menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalam kesenian tersebut. Karena itu, upaya mereka terasa tidak asing dan sangat komunikatif bagi masyarakat setempat. Usaha ini membuahkan hasil, tidak hanya mengembangkan agama Islam, tetapi juga memperkaya kandungan budaya Islam.
Syiekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik Beliau juga dikenal dengan sebutan syiekh Magribi, karena ia diduga berasal dari wilayah Magribi (afrika Utara). Namun, hingga saat ini tidak diketahui secara pasti sejarah tentang tempat dan tahun kelahirannya. Ia diperkirakan lahir sekitar pertengahan abad ke-14. Ia berasal dari keluarga muslim yang taat, dan belajar agama sejak kecil. Meskipun demikian, tidak diketahui siapa gurunya hingga ia kemudian mejadi seorang ulama.
Sunan Gresik merupakan pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia berdakwah secara intensif dan bijaksana. Sunan Gresik bukanlah orang Jawa, tetapi ia mampu beradaftasi dengan masyarakat setempat. Upayanya untuk menghilangkan sisitem kasta pada masyarakat pada masa itu merupakan dakwahnya. Namun sumber lain mengatakan bahwa jauh sebelum Sunan Gresik datang ke Pulau Jawa, sudah ada masyarakat Islam di daerah Jepara dan Leran.
Cita-cita dan perjuangannya menyebarkan Islam di Jawa dilanjutkan oleh anaknya, Sunan Ampel. Sunan Ampel Ia memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampal Denta (dekat Surabaya). Oleh karena itu, ia dikenal sebagai pemimbina pondok pesantren pertama di jawa Timur. Sunan Ampel merupakan putera dari Sunan Gresik yang meneruskan perjuangan Sunan Gresik menyiarkan Islam di tanah Jawa. Ia dikenal dengan Wali yang tidak setuju terhadap adat-istiadat masyarakat Jawa pada masa itu. Misalnya, kebiasaan mengadakan sesaji dan selamatan. Namun para wali lain berpendapat bahwa hal itu tidak dapat dihilangkan dengan segera. Mereka mengusulkan agar adat-istiadat semacam itu lebih baik diberi warna islami. Akhirnya, Sunan Ampel setuju walaupun ia tetap khawatir kalau hal itu akan berkembang menjadi Bid’ah.
Ajaran Sunan Ampel yang terkenal adalah “Falsafah Moh Limo” atau “tidak Mau Melakukan Lima Hal”.
a.    Moh Main atau Tidak mau berjudi.
b.    Moh Ngombe atau Tidak minum-minuman keras (mabuk-mabukan)
c.    Moh Maling atau Tidak mencuri.
d.   Moh Madat atau tidak mau menghisap candu, ganja, dan lain-lain.
e.    Moh Madon atau Tidak berzina.
Sunan Giri Nama aslinya adalah Raden Paku. Ia merupakan putra dari Maulan Ishak. Ia sempat diadopsi oleh Nyai Ageng Pinatih ketika masih bayi dan sempat diberi nama joko Samudro; karena Raden Paku ditemukan di tengah Selat Bali. Sunan Giri sempat mondok di Pesantren Ampel Denta milik Sunan Ampel sebelum memperdalam ilmu di Pasai, tempat Maulana Ishak menyiarkan Islam. Sekembalinya ke tanah Jawa, Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri. Ia juga banyak mengirim juru dakwah ke Bawean, bahkan juga ke Lombok, Ternate dan Tidore di Maluku.
Sunan Bonang Cara penyebarannya ialah menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari Wayang dan Musik Gamelan. Untuk itu, menciptakan gendang-gending yang memiliki corak keislaman.
Sunan Bonang yang bernama asli Syiekh Maulana Makdum Ibrahim ini pernah belajar agama di Pesantren Ampel Denta dan di Pasai bersam Sunan Giri. Sekembalinya dari Pasai, ia memutuskan untuk memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban dengan mendirikan Pesantren. Ia wafat di Tuban pada tahun 1525.
Sunan Kalijaga Ia dikenal sebagai budayawan dan seniman. Nama aslinya adalah Raden Said putra Adipati Tuban yaitu Temenggung Wilatikto. Ia menciptakan anaka cerita wayang yang bernafaskan islami. Ia juga menciptakan wayang kulit dan wayang beber. Dan ia juga pencipta dari lagu daerah Jawa yang berjudul Lir-Ilir. Sebelum mempelajari agama islam lebih dalam, ia adalah seorang perampok. Namun yang ia rampok bukanlah rakyat jelata, melainkan para penarik pajak yang meminta pajak dengan kekerasan dan sangat mencekik kehidupan masyarakat setempat. Ia pun sempat diusir dari Tuban, dan pergi ke hutan Jatiwangi. Di sana ia dikenal dengan sebutan Brandal Lokajaya. Ia mendapat gelar sunan Kalijaga karena ia sempat disuruh menjaga sungai (bertapa) selama tiga tahun. Ia adalah murid dari Sunan Bonang. Ia juga menciptakan berbagai macam alat musik seperti Gamelan dan Bedug untuk media dakwahnya.
Sunan Kudus Ia adalah putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan. Untuk melancarkan penyebaran islam, Sunan Kudus membangun sebuah masjid di daerah Loran pada tahun 1549 M. Masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar. Wilayah di sekitarnya disebut Kudus, merupakan nama yang diambil dari dari nama Kota al-Quds (Yarusalem) di Palestina, yang pernah ia kunjungi. Masjid itu kemudian dikenal dengan nama Masjid Menara Kudus karena di sampingnya terdapat menara tempat duduk masjid.
Sunan Kudus atau Ja’far sadiq digelari wali al-‘ilmi (orang berilmu luas) oleh para wali songo karena memiliki keahlian khusus dalam bidang agama. Karena keahlian nya itu, ia banyak didatangi para penuntut ilmu dari berbagai wilayah. Ia juga dipercaya untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus. Karenanya, ia menjadi pemimpin agama sekaligus menjadi pemimpin daerah. Ia berdakwah menggunakan strategi pendekatan pada masyarakat setempat. Ia membiarkan duklu adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat yang sulit dirubah, namun bagian adat yang tidak sesuai islam tetapi mudah dirubah maka segea dihilangkan. Ia menghindari konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan islam. Strategi dakwah ini juga diterapkan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Sunan Drajad Nama aslinya adalah Raden Qosim. Ia merupakan putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati. Dalam catatan sejarah Wali Songo, Raden Qosim disebut dengan seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walaupun dalam urusan dunia ia juga sangat rajin mencari rezki. Adapun ajaran Sunan Drajad yang terkenal adalah Menehono teken marang wong kang wuto. Menehono mangan marang wong kang luwe. Menehono busono marang kang mudo. Menehono ngiyup marang wong kang kudanan. Terjemahannya sebagai berikut: Berikanlah tongkat pada orang buta. Berikanlah makanan pada orang yang lapar. Berikanlah pakaian pada orang yang telanjang. Berikanlah tempat berteduh pada orang yang kehujanan.
Ia berdakwah di daerah Drajad dan meninggal di daerah itu juga. Makamnya berada di desa Drajad, kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
Sunan Muria Nama aslinya adalah Raden Umar Syaid. Ia adalah putera sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Ia dikenal sebagai seorang anggota Wali Songo yang mempertahankan kesenian Gamelan sebagai media dakwah yang ampuh untuk merangkul masyarakat Jawa. Selain dengan kesenian, ia juga berdakwah dengan cara memadukan adat setempat dengan warna islami. Adapun adat setempat yang dipadukan dengan warna islami adalah sebagai berikut: Selamatan ngesur tanah (kenduren setelah ngubur nayat) Nelung dinani (kenduren setelah 3 hari mengubur mayat) Mitung dinani (kenduren setelah 7 hari ngubur mayat) Matang puluh, nyatus dino, Mendhak pisan, mendhak pindo, dan nyewu.
Sunan Gunung Jati Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Pada usia 20 tahun dia berguru pada Syiekh di daratan Timur Tengah. Aetelah selesai menuntut ilmu, pada tahun 1470 dia berangkat ke tanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Istrinya yang pertama adalah Nyai Babadan, wanita itu dinikahi pada tahun 1471. Dia adalah putri dari Ki Gedeng Babadan.
Perkawinannya dengan Nyai Babadan ini tidak dikaruniai seorang anak pun, lalu pada tahun 1475, ia kawin lagi dengan Nyai Kawungten, adik dari Bupati Banten. Ia sempat menikah dengan Syarifah Baghdad, yang merupakan adik dari Syiekh Abdurrahman. Namun dari sekian banyak istrinya, Sunan Gunung Jati pernah menikah dengan putri cantik dari daratan Cina, Ong Tien.
Sekitar tahun 1479, ia pergi ke Cina. Di sana ia membuka pengobatan sambil berdakwah. Ia mendapat gelar Maulana Insanul Kamil.
3.    Model Penyebaran Islam Wali Songo
Secara umum Wali Songo menyiarkan Islam dengan memadukan budaya setempat sebagai media dakwah. Mereka membiarkan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat yang sulit dirubah. Namun bagian adat yang mudah dirubah, maka dengan segera mereka menghilangkannya. Mereka melakukannya karena menghindari konfrontasi dengan masyarakat secara langsung. Dan tentunya mereka melakukan hal itu agar mudah berkomunikasi dengan masyarakat, dengan cara itu masyarakat bisa dengan mudah menerima mereka dan mengamalkan apa yang diajarkan.
Anggota Wali Songo yang memakai cara  pendekatan itu adalah Sunan Kali Jaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Sunan Kali Jaga malah membiarkan masyarakat membakar kemenyan, dan ia juga sempat menciptakan alat musik berupa Gamelan.
Memang pada dasarnya hal ini termasuk Bid’ah, namun jika tidak dengan cara ini masyarakat sangat sulit untuk didekati.

Kemjuan Islam Periode wali Songo Selama menyiarkan agama Islam, Wali Songo banyak mengalami hambatan. Ada fitnah, dan budaya setempat yang sulit dirubah. Namun dengan kesabaran dan tekat yang kuat, akhirnya sebagian masyarakat Jawa masuk Islam meskipun tidak sedikit yang melakukan bid’ah. Hal itu bagi Wali Songo bukanlah masalah besar. Dan mereka meyakini suatu saat nanti akan ada orang yang dapat menghilangkan budaya masyarakat setempat yang tertmasuk bid’ah. Permasalahan yang cukup terkenal sampai saat ini mengenai wali Songo adalah perkara Syiekh siti Jenar. Ia adalah seorang ahli agama dari Persia. Ia mengaku dirinya adalah Allah. Para wali sangat menentangnya, dan memutuskan hukuman mati bagi syiekh siti Jenar. Meskipun Syiekh Siti Jenar mati, namun ajarannya tetap menyebar. Bahkan ia sempat mempunyai banyak murid. Sebelum Syiekh Siti Jenar dihukum mati, ia sempat mengeluarkan ancaman kepada para Wali. Dan ancaman itu pun benar terjadi, di Mataram 6000 ulama Sunni dibantai oleh Sunan Amangkurat I. Pertentangan antara faham Manunggaling Kawula Gusti memang terus berlangsung. Para pendukung siti Jenar tetap berusaha mendiskreditkan para Wali, bahkan hingga zaman modern ini.Namun di balik itu semua, usaha Wali Songo dalam menyiarkan agama Islam membuahkan hasil yang luar biasa, hingga dapat kita rasakan sampai saat ini.
Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia memengaruhi kebudayaan Islam bangsa Indonesia. Akulturasi dengan budaya sebelumnya membuat budaya islam makin diminati masyarakat. Dan salah satu dampak yang muncul adalah berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak islam, antara lain Kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Demak, Pajang, Mataram Islam, Cirebon, Banten, Makasar, Ternate, dan Tidore.
D.  KESIMPULAN
Dari isi makalah diatas dapat disimpulkan sebgai berikut:
1.    peranan Wali Songo dalam peradaban Islam di Indonesia Wali Songo adalah kelompok ulama yang brejumlah sembilan orang. Mereka menyiarkan agama Islam di tanah Jawa. Selain itu, mereka juga berpengaruh besar dalam kehidupan politik pemerintahan.
Adapun nama-nama Wali Songo tersebut ialah sebagai berikut:
Syiekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijag, Sunan Kudus, Sunan Drajad, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati
.
2.    Dakwah wali songo dalam menyiarkan islam, Wali Songo tidak hanya akrab dengan masyarakat umum, tetapi juga dengan penguasa kerajaan. Ketika menyiarkan Islam mereka menggunakan kesenian dan budaya masyarakat setempat. Sehingga masyarakat merasa tidak asing dan lebih komunikatif. Usaha ini membuahkan hasil, tidak hanya mengembangkan budaya Islam, tetapi juga memperkaya kandungan budaya Jawa.
3.    Model Penyebaran Islam Wali Songo
Secara umum Wali Songo menyiarkan Islam dengan memadukan budaya setempat sebagai media dakwah. Mereka membiarkan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat yang sulit dirubah. Namun bagian adat yang mudah dirubah, maka dengan segera mereka menghilangkannya. Mereka melakukannya karena menghindari konfrontasi dengan masyarakat secara langsung. Anggota Wali Songo yang memakai cara  pendekatan itu adalah Sunan Kali Jaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Sunan Kali Jaga malah membiarkan masyarakat membakar kemenyan, dan ia juga sempat menciptakan alat musik berupa Gamelan. Memang pada dasarnya hal ini termasuk Bid’ah, namun jika tidak dengan cara ini masyarakat sangat sulit untuk didekati.
E.   DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen, Islam : Sejarah Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela, 2002.
Asnan Wahyudi dan Abu Khalid, Kisah Wali Songo, Surabaya: Karya Ilmu, 1998
Hasimy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Hassan, Hassan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta. 1989.
M. B. Rahimsyah. AR., Sejarah Wali 9, Tuban: Yayasan Amanah,1997
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana , . 2007.
Sunanto, Musyifah, Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana, . 2003.
 Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983.

Watt, W. Mongtomery,  Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wac